Minggu, 26 Februari 2012

Konservasi Tanah dan Air


A.    Pengertian Konservasi tanah dan Air
Konservasi (pengawetan) tanah adalah usaha-usaha tanah untuk menjaga agar tanah tetap produktif. Selain itu, Konservasi tanah juga merupakan serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi akibat penggunaan yang berlebihan, salinisasi, pengasaman, atau akibat kontaminasi lainnya.
Konservasi tanah (pengawetan tanah) adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukan sesuai persyaratan yang diperlukan supaya tidak terjadi kerusakan lahan. Konservasi tanah ini tidak bisa lepas dari konservasi air yaitu penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk keperluan pertanian secara efisien dan pengaturan waktu pengaliran, sehingga tidak terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
Konservasi (pengawetan) air adalah usaha-usaha agar air dapat lebih banyak disimpan di dalam tanah sehingga dapat digunakan tanaman dan mengurangi terjadinya banjir dan erosi.  Salah satu usaha dasar dalam pengawetan tanah dan air adalah menggunakan tanah sesuai dengan kemampuannya.
B.     Metode Pengawetan Tanah dan Air
Konservasi tanah (pengawetan tanah) adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukan sesuai persyaratan yang diperlukan supaya tidak terjadi kerusakan lahan. Konservasi tanah ini tidak bisa lepas dari konservasi air yaitu penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk keperluan pertanian secara efisien dan pengaturan waktu pengaliran, sehingga tidak terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
Usaha-usaha konservasi tanah dan air yang pertama-tama perlu dilakukan adalah penggunaan tanah sesuai dengan kemampuannya. Tiap klas penggunaan tanah memerluka teknik pengawetan tanah tertentu.
Metode-metode konservasi tanah pada umumnya dilakukan dengan maksud:
-        Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan
-        Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah
-        Mengurangi run off
-        Meningkatkan stabilitas agregat tanah.
Teknologi yang diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan menentukan apakah akan didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada sebidang tanah. Metode konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
a.       Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Selain mudah dilakukan, metode vegetatif  ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan metode teknik sipil yang memerlukan keahlian khusus dan biaya mahal. Sehingga tepat sekali jika program pemerintah Gerakan Satu Juta Pohon diterapkan dalam usaha konservasi tanah dan air.
Tujuan konservasi tanah dan air meliputi (1) pencegahan kerusakan tanah terutama oleh erosi, (2) memperbaiki tanah-tanah yang rusak, (3) meningkatkan produktivitas tanah, dan (4) pengendalian banjir.
Metode vegetatif dalam usaha pengawetan tanah dan air mempunyai fungsi untuk melindungi tanah terhadap daya perusak aliran permukaan (run off), serta memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan daya absorbsi (penyerapan) air. Usaha-usaha yang dilakukan untuk pengawetan tanah dan air menggunakan metode vegetatif meliputi : 
  1. Penanaman tanaman secara berjalur (strip cropping).
Cara ini terutama untuk menghindari pengolahan lahan yang cukup luas. Dengan demikian ada bagian yang diolah dan ada bagian yang diusahakan. Dalam cara ini semua pekerjaan pengolahan tanah dilakukan searah dengan jalur/baris.
  1. Pergiliran tanaman
Fungsi dari pergiliran tanaman yaitu :
-       Mencegah erosi
-       Memberantas hama/penyakit
-       Pemberantasan tumbuhan pengganggu
-       Memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah
Tanaman untuk pergiliran tanaman harus memenuhi syarat-syarat berikut:
-       Mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji
-       Tidak memerlukan syarat-syarat kesuburan tanah yang tinggi
-       Tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun
-       Toleran terhadap pemangkasan
-       Tahan terhadap hama dan penyakit, mampu menahan pertumbuhan tumbuhan pengganggu
-       Mudah diberaantas jika tanah akan digunakan untuk tanaman produksi
-       Tidak berkompetisi dengan tanaman pokok.
  1. Penanaman rumput/makanan ternak. Cara ini sangat sesuai bila diterapkan pada daerah yang mempunyai populasi ternak cukup tinggi. Penanaman rumput dapat digabung dengan tanaman tahunan. Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.

  2. Penanaman tanaman tahunan. Jenis tanaman yang dapat dipergunakan seperti sejenis kayu-kayuan, buah-buahan atau tanaman industri. Dalam penanamannya perlu memperhatikan tempat tumbuh (ekologis) dan hasil yang diharapkan (ekonomis) serta sisa-sisa (seresah) tanaman yang cukup banyak
  3. Penggunaan tanaman penutup tanah (cover crop)
Fungsi dari cover crop yaitu:
-       Menahan daya perusak butir-butir hujan yang jatuh serta aliran permukaan
-       Menambah bahan organik tanah
-       Transpirasi vegatasi yang tinggi dapat menaambah kemampuan tanah menyerap dan menahan air hujan.
Tanaman penutup tanah dapat dibedakan menjadi tanaman penutup tanah rendah, tanaman penutup tanah sedang dan tanaman penutup tanah tinggi (tanaman pelindung). 
  1. Mulching (Penggunaan sisa-sisa tanaman)
Penggunaan sisa-sisa tanaman untuk penutup tanah. Cara ini untuk mencegah kerusakan tanah, yaitu menutup permukaan tanah dengan bahan organik, yang paling mudah didapatkan berupa sisa-sisa tanaman. Harus dapat menutup permukaan tanah 70-75%. Bila terlalu rapat, tanah tidak terlindungi dari erosi. Bila terlalu rapat, akan meperlambat pertumbuhan tanaman.
Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau. Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah, sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke dalam tanah (Arsyad, 1989).
Fungsi dari mulching:
-       Melindungi tanah dari curah hujan langsung
-       Mengurangi kecepatan run off

b.      Metode Mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Fungsi  dari metode makanik:
-          Memperlambat aliran permukaan
-          Menampung dan menyalurkan aliran permukan dengan kekuatan yang tidak merusak.
Metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya adalah:
1.       Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Agar tidak mudah tererosi maka pengolahan tanah harus:
-       Tanah diolah sepenuhnya saja (minimum tillage)
-       Pengolahan tanah dilakukan pada kandungan air yang tepat (pF 3 – 4), jangan terlalu basah/kering, kecuali untuk sawah (basah).
-       Menggunakan bahan kimia untuk memberantas tumbuhan pengganggu.
-       Pengolahan tanah diubah-ubah (mencegah timbulnya lapisan padat tapak baja).
-       Melakukan pengolahan tanah menurut kontur.

2.     Pengolahan Tanah Menurut Kontur
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering.
Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini. Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang.

C.     Metode Kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan antara lain bilumen dan krilium. Emulsi dari bahan kimia tersebut dicampur dengan air, misalnya dengan perbandingan 1 : 3, kemudian dicampurkan dengan tanah. Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan. Walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal. Pada watu sekarang ini umumnya masih dalam tingkat percobaan.










DAFTAR RUJUKAN
Hardjowigeno Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

1 komentar: